Pieces of sky stitched into words, written in the quiet hours when sleep forgets to visit.

Pages

Thursday, 17 April 2025

Dua Dunia, Satu Kesedihan

Turki. Satu nama yang dulu pernah menggetarkan dunia. Tempat berdirinya Khilafah Uthmaniyah. Di sinilah Sultan Al-Fateh membuka kota Konstantinopel — bukan dengan kekuatan semata, tapi dengan janji Rasulullah dan kekuatan iman yang tak tergoyah.


Hari ini aku memandang Turki dengan mata yang lain. Cantik, moden, penuh gaya. Tapi dalam keindahan itu, aku terasa sesuatu telah hilang. Bukan masjid-masjid yang megah, bukan sejarah yang dilupakan — tapi kesatuan nilai Islam yang dulu begitu utuh dalam nadi rakyatnya.


Mereka masih Islam, ya. Tapi berada di antara dua dunia: satu berpaut pada Barat dan kemodenan, satu lagi rindu pada akar agama yang pernah mengangkat martabat mereka. Dan aku, yang berkongsi agama yang sama, terasa sayu melihat jurang itu terbuka luas.


Bukan untuk menghakimi. Cuma hati ini tak dapat menafikan kesedihan melihat betapa dunia boleh mengubah wajah sebuah umat. Betapa mudah kita kehilangan arah bila iman tidak dipelihara.


Tapi aku juga percaya — di balik perubahan, masih ada yang berpegang. Masih ada jiwa yang mencari, yang kembali, yang menyulam harapan baru dari helaian sejarah lama.


Turki belum hilang. Islam belum padam. Dan kita — masih punya doa dan usaha, untuk kembali menjadi umat yang satu hati, di bawah cahaya yang sama — Islam.



"Yang hilang dalam masyarakat Turki hari ini bukanlah Islam itu sendiri, tetapi kesatuan nilai Islam dalam kehidupan moden. Mereka mungkin berada di antara dua dunia — satu yang melihat ke masa depan dengan gaya Barat, satu lagi yang menoleh ke belakang untuk mencari makna pada akar Islam yang pernah mengangkat tamadun mereka."

No comments: